Dulu saya berprofesi sebagai pedagang sayuran mulai sejak tahun 2002 dan profesi ini juga sempat terhenti karena pindah ke Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 karena waktu itu mantan pacar saya yang sudah jadi istri saya lulus jadi PNS sementara anak - anak masih kecil sehingga saya juga harus pindah ke sana terang Hidayat memulai awal pembicaraan kami sembari menikmati kopi dan hangatnya tungku api malam di rumahnya di kampung Isaq Busur Bener Meriah.
Menjadi petani bukanlah hal baru bagi Dayat karena memang berasal dari keluarga petani hanya saja ia tidak terlalu menekuni sebagaimana mestinya menjadi seorang petani bahkan lebih memilih profesi pedagang sayuran selama bertahun - tahun namun ia tidak menemukan ketenangan dan kenyamanan kecuali setelah benar - benar menjadi seorang petani dimana kini ia telah menempatkan dunia pertanian khususnya kopi sebagai bagian dari hidup dan seni menjalani hidup serta cara bersyukur kepada Allah Swt
Keinginan menjadi petani profesional juga sempat tertunda karena harus pindah ke kabupaten lain tepatnya kampung Akang Siwah Kabupaten Gayo Lues. Meski telah pindah ke daerah lain jiwa bertaninya tidaklah redup apalagi gelap seperti gelapnya mati lampu di tengah malam milik PLN. Sebagai warga baru di daerah tersebut ia berinisiatif meminjam lahan warga setempat untuk untuk bercocok tanam khususnya tanaman musiman sekaligus berdagang sayuran. Namun ia melihat di daerah tersebut ada potensi bertumbuh kembangnya tanaman kopi sehingga ia pun membeli lahan baru dan mencoba membudidayakan kopi arabika varietas ateng super dan HDT. Meski sukses berkebun kopi di lokasi yang baru namun akhirnya kebun itu juga harus di tinggalkan karena Dayat kembali pindah ke daerah asalnya Bener Meriah dan saat ini kebun tersebut di kelola oleh adiknya.
Setelah pulang ke Bener Meriah ia kembali ke profesi awal yaitu pedagang sayuran. Dari hasil berdagang sayur ia akhirnya bisa sedikit membeli lahan seluas 5,5 rante namun urusan berkebun waktu itu belum di kelola secara sungguh - sungguh hanya secara ala kadarnya karena keterbatasan waktu dan biaya kemudian pada tahun berikutnya ia juga membeli lahan di kampung Weh Pongas.
Meski belum fokus melakukan budidaya kopi secara baik menurut standard tetapi proses belajar mengenai bagaimana merawat kopi yang baik agar mendapatkan hasil yang maksimal telah ia pelajari sejak tahun 2014 terutama pada waktu senggang atau libur dari berdagang sayuran. Dayat terinspirasi dari Imran , tetangganya yang sudah duluan sukses menjadi petani kopi sekaligus sebagai pemberi inspirasi padanya untuk fokus di dunia pertanian khususnya kopi. Di tahun - tahun berikutnya sembari berdagang sayuran bapak dari tiga anak ini juga kembali membeli lahan di kampung seni antara.
Sejak kehadiran pandemi Covid19, Dayat benar - benar banting setir beralih profesi menjadi petani kopi, lahan yang sebelumnya ia beli di kampung Isaq Busur kini telah di tanami dengan kopi dan tanaman pendukung lainya sebagai bagian dari rencananya membangun kebun berbasis organik permakultur. Bahkan Dayat juga memindahkan rumahnya yang sebelumnya berada di kampung Waq Pondok Sayur ke kebun miliknya tersebut. Dia juga juga berencana menambah beberapa fasilitas pendukung proses kopi seperti mesin pulper, huler mini, fasilitas penjemuran serta fasilitas pendukung lainya agar kopi miliknya bisa di jual dalam bentuk produk jadi di masa mendatang. Selain menjual produk jadi kebun yang ia kelola saat ini juga di rencanakan sebagai salah satu tempat edukasi bagi siapa saja yang ingin belajar soal pertanian.
Adapun varietas kopi yang ia tanam saat ini adalah arabika varietas abyssinia, Hibrido De Timor dan Ateng Super, dimana sebagian hasilnya dia proses sendiri hingga menjadi green bean dan sebagian lainya di jual dalam bentuk gelondong karena keterbatasan fasilitas proses yang ia miliki sehingga tidak semua bisa di tangani sendiri.
Posting Komentar untuk "Hidayat : Bertani Bikin Saya Bahagia"
Silahkan sampaikan pendapat anda menurut judul artikel