Kopi Luwak dan Masalahnya

Tumpukan Kotoran Luwak

Bagi para penikmat kopi mencicipi kopi luwak merupakan hal yang istimewa karena prosesnya yang berbeda dengan jenis kopi apapun di dunia ini. Kopi ini merupakan hasil fermentasi dari musang yang memakan buah kopi yang benar - benar matang serta tidak busuk namun pada saat musang mengeluarkanya biji - biji kopi yang ia makan masih utuh karena tidak bisa di cerna oleh perutnya sampai dengan hancur. Menurut beberapa petani senior dan telah berumur musang memakan biji kopi hanya mengharapkan lendir dari biji kopi yang mengandung protein dan gula guna menghangatkan tubuhnya. Karena prosesnya yang berbeda inilah membuat cita rasanya berbeda dan jumlahnya yang sedikit membuatnya semakin terkenal di kalangan penikmat kopi dengan harga yang sangat mahal bisa mencapai Rp.900.000 per gram sebagaimana di pajang oleh seorang penjual di salah toko online meski kami para petani terkadang tidak mendapatkan harga yang luar biasa kecuali beritanya saja.

Bagi sebagian petani khususnya di Dataran Tinggi Gayo hewan luwak ini masih sering di anggap hama karena musang tidak hanya memakan biji – biji kopi namun terkadang membuat cabang – cabang kopi menjadi patah terutama pada kopi – kopi yang masih berumur muda tetapi karena tingkat kerusakanya tidak terlalu parah sehingga banyak petani tidak terlalu peduli. Dulu sebelum kopi luwak menjadi salah satu kopi mahal petani di Dataran Tinggi Gayo mengaggapnya sebagai kopi lelesen yaitu kopi yang di kumpulkan bukan dengan cara petik melainkan akibat sebab lain seperti di makan luwak, tikus, tupai atau rontok . Kopi – kopi ini dulunya hanya dikumpulkan anak – anak setelah mereka pulang dari sekolah dan bebas mencarinya di kebun milik siapa saja dan menjualnya ke pengepul. Setelah kopi luwak mendapat perhatian dan harga yang cukup mahal barulah para petani mulai mengumpulkan kopi luwak secara khusus.

Meningkatnya popularitas kopi luwak dan harga yang fantastis membuat beberapa petani tidak sabar ingin cepat kaya sehingga melakukan penangkaran terhadap hewan luwak (musang) dengan memberinya makanan biji – biji kopi dan buah – buahan serta di kurung dalam kandang khusus dan masalah pun mulai muncul karena di kritik oleh para pegiat lingkungan karena di anggap sebagai tindakan kekejaman terhadap hewan liar sebagaimana pernah di beritakan oleh beberapa media massa baik dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan dalam beberapa tahun ke belakang pernah terjadi seruan boikot produk kopi luwak.

Sebagai petani tentu saya melihat seruan akan boikot produk kopi luwak beberapa tahun lalu tidaklah adil karena tidak semua petani melakukan tindakan seburuk itu bahkan itu hanya segelintir orang yang melakukanya. Bila itu merupakan sebuah pelanggaran akan sangat adil rasanya hanya yang melakukan saja di publikasikan bila perlu mendapat teguran keras dari penegak hukum dan pemerintah serta memboikot produk yang ia jual bukan menyerukan memboikit secara umum.

Posting Komentar untuk "Kopi Luwak dan Masalahnya"