Berbicara kopi maka tidak ada habis – habisya, ada sejuta cerita yang tersimpan dalam secangkir kopi dan itulah yang membedakan minuman kopi dengan yang lain. Para penikmat kopi senantiasa ingin tau dari mana kopi yang ia minum bagaimana prosesnya, siapa petaninya dan seterusnya. Bahkan kopi bisa membuat orang saling terhubung yang tak kenal sebelumnya dan duduk semeja tanpa batas atau sekat Negara, Agama, status social bahkan dengan jarak yang begitu jauh sekalipun tetap bisa saling terhubung, dan itulah kopi.
Jika dahulu minuman kopi identik dengan minuman para lelaki maka hal ini tidak berlaku lagi di era milenial saat ini karena minuman kopi telah menjadi milik semua orang dan semua golongan tanpa membedakan gender. Begitu juga dengan perkembangan pertanian dan industry kopi jika dahulu mungkin perempuan hanya sebatas pekerja kasar tapi tidak dengan saat sekarang ini karena perempuan memiliki kesempatan yang sama dan setara dalam dunia kopi dari hulu hingga hillir. Bahkan dalam beberapa kasus di industry kopi perempuan memiliki porsi istimewa di industry kopi misalnya menjadi seorang cupper dan lain lain.
Kali ini saya akan mengajak anda untuk melihat lebih dekat seorang petani perempuan dari Gayo, namanya Raihan Hasfita. Dia merupakan salah satu perempuan petani muda dari Dataran Tinggi Gayo yang memulai usaha kopinya dari hulu hingga hilir.
Raihan memutuskan menjadi petani kopi setelah kembali dari perantauan di lahan seluas dua hektar di daerah datar kabupaten Aceh Tengah. Lahan kosong ia beli bersama mantan pacarnya yang sekarang ini sudah jadi suaminya itu ia tanami dengan kopi arabika varietas catimor dimana awal mulanya hasil panen masih di jual secara konvensional sebagaimana kebanyakan orang lakukan dimana kopi di panen kemudian langsung jual ke pengepul yang melakukan pengolahan dalam bentuk cherry atau gabah kering. Setelah beberapa tahun kemudian Raihan dan suaminya kembali membeli lahan kebun yang berdekatan dengan kebunya seluas 2 hektar sehingga kebun ia kelola saat ini seluas 4 hektar.
Seiring perkembangan waktu dan hasil diskusi bersama teman – temanya Raihan Hasfita bersama suaminya memutuskan untuk mengelola hasil kebun mereka menjadi produk jadi yaitu bubuk kopi dan Roast Bean yang mereka mulai sejak tahun 2018 hingga saat sekarang ini dengan beberapa varian kopi namun sebagian dari hasil produksi masih di jual secara konvensional kepada pengepul.
Untuk pemasaran sendiri Raihan menjual kopinya secara online dan offline. Mereka juga berencana mengganti varietas kopi yang mereka tanam saat ini dengan varietas baru yang memiliki biji yang lebih besar dan single varietas karena lebih memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
Sebetulnya Raihan tidak hanya mengelola kebunya sendiri tetapi juga mengelola kebun lain milik saudaranya yang tinggal di luar daerah sehingga total keseluruhan lahan yang mereka kelola seluas 22 hektar yang di manajement dalam satu atap. Ada satu prinsip dasar bagi Raihan dan keluarganya dalam urusan berkebun kopi meski berada di luar daerah yaitu tempat “atrek” sehingga setiap keluarga memiliki kebun. Atrek atau mundur di artikan sebagai berjaga – jaga jika gagal dalam berusaha di perantauan masih ada harapan tempat untuk kembali.
Posting Komentar untuk "Raihan Hasfita Petani Kopi Perempuan dari Gayo "
Silahkan sampaikan pendapat anda menurut judul artikel